Rabu, 28 Oktober 2009

Kumpulan Cerpen Musa Ismail

X- BOOK.

Tuan Presiden, Keranda, dan Kapal Sabut
Kumpulan Cerpen

Penulis : Musa Ismail
Penerbit : Seligi Press
Cetakan : Pertama, Oktober 2009
Tebal : viii + 144 halaman


Salah satu cerita yang ada di kumpulan cerpen ini adalah cerita tentang Tuan Presiden yang baru terpilih. Pagi ketika sampai di Istana Negara, Tuan Presiden terheran-heran. Pasalnya, banyak sekali tergelepak keranda mainan dengan jumlah tak terhingga di halaman istana. Disamping para keranda itu ada juga sebuah kapal sabut yang juga mainan. Semuanya ditata rapi dan dibungkus kain merah yang digoresi dengan tulisan berwarna putih, sepertinya tulisan itu merupakan wasiat ”Tuan Presiden, kami adalah rakyat. Kami tidak bisa memberikan apa- apa, kecuali bingkisan tak berharga ini. Harap Tuan sudi membuka, menerima, dan memikirkanya dengan lapang dada demi masa depan bangsa dan negara kita tercinta”.
Satu persatu keranda mainan itu dibuka oleh Tuan Presiden, masya Allah! Ada mayat didalamnya, tetapi mayat- mayatan. Bagi Tuan Presiden, wajah- wajah mayat- mayatan yang ada dikeranda tersebut sudah tidak asing lagi. Mereka adalah orang-orang dekatnya. Ketika keranda terakhir dibuaka, untung saja Tuan Presiden tidak ambruk karena jantungan, didalamnya terbujur kaku mayatnya sendiri: mayat-mayatan Tuan Presiden.
Kapal sabut mainan itu juga dihampirinya sambil meniliknya dari haluan hingga buritan. Sepertinya Tuan Presiden mendengar jeritan suara rakyat dari dalam kapal sabut itu. Walaupun didalamnya hanya pancangan orang-orangan: ada kematian, kehidupan, peritnya hidup, keputusasaan, jalan buntu, kejahatan, dan berjuta macam persoalan hidup rakyat di negeri ini. (hal 110- 111).
Keragaman warna dalam karya ini membukakan mata hati kita tentang kenyataan hidup sehari- hari yang penuh dilema yang tak berujung. Persoalan humanisme yang dirajut penulis dalam karya ini adalah realitas sosial yang adakalanya menusuk sampai jauh kerelung hati kita yang membacanya. Selain itu dengan bahasa yang membuai bak lembayung melambai karya ini juga sarat dengan pituah atau nasihat dalam memandang hari depan. Uniknya karya ini dikemas dengan sedikit kental sehingga memungkinkan akan adanya kesulitan dalam memahami makna dari setiap cerita tanpa meneropongnya dari kaca mata sastra. Namun sebagai penulis nampaknya Musa Ismail sudah cukup piawai mengemas cerita dengan penyampaian yang membekas dalam hati setiap pembacanya.

Irwan Safari, S.Pd
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 10 Bengkalis

Selasa, 20 Oktober 2009

Senin, 19 Oktober 2009

Fenomena Sosial di Era Globalisasi

Proses pergerseran peradaban manusia selalu dinamis mengikuti kemajuan teknologi atau perkembangan kebudayaan. Akhir-akhir ini khususnya dinegara berkembang seperti Indonesia, banyak terjadi pengikisan norma dan nilai yang sebenarnya jati diri bangsa ini. Generasi kita perlahan-lahan dibawa kepada keadaan yang semakin jauh dari situasi sosial yang menjadi ciri khas bangsa ini. Dalam hal ini keluarga sebagai primary group memegang kendali yang penting dalam menjalankan fungsinya; ada lima fungsi keluarga:
1. Fungsi Biologis
2. Fungsi Pemeliharaan
3. Fungsi Keagamaan
4. Fungsi Ekonomi
5. Fungsi Sosial